BAB 1
AQIDAH
A.
KONSEPSI AQIDAH
1.
Pengertian Aqidah
Secara etimologis, aqidahberarti berakar, dari kata
‘aqada-ya’qidu-‘aqidatan. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah berarti
keyakinan itu trsimpu dengan kokoh didalam hati, bersifat mengikat dan
mengandung perjanjian.
Secara terminologis, definisi
aqidah antara lain: menurut hasan al-Banna dalam kitab Majmu’ al-Rasail: “
Aqa’id (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa menjadi keyakinan yang
tidak bercampur sedikitpun dengan ragu-ragu”. Menurut Abu Bakar Jabir al-
Jazairi dalam kitab Aqidah al-Mukmin: Aqidah adalah sejumplah kebenaran yang
dapat diterimasecara umum (aksioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan
fitrah.
2.
Ruang Lingkup Aqidah
Hasan al-Banna pernah membuat sistematika
ruang lingkup pembahasan aqidah, yaitu:
1. Ilahiyat yaitu pembahasan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan Allah, seperti wujud Allah, asmaul husna, dll
2. Nubuwat yaitu pembahasan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan rasul, termasuk pembicaraan mengenai
kitab-kitab Allah.
3. Rukhaniyat yaitu pembahasan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis,
roh, dll.
4. Sam’iyat yaitu pembahasan tentang segala
sesuatu yang hanya dikatehui lewat sam’I yaitu dalil naqli berupa al-Qur’an dan
al-Sunnah seperti alam barzakh, akhirat, dll.
Disamping sistematika diatas, pembahasan
aqidah bisa juga mengikuti sistematika arkanul iman, yaitu:
a. Iman kepada Allah SWT yaitu mempercayai
Allah baik dalam zat, sifat dan af’al-Nya serta al-asma’ al-husna dan
ash-shifah. Oleh karena itu ada dua metode untuk mengimani al-asma’ al-husna
dan ash-shifah yaitu: 1) metode Itsbat: mengimani bahwa Allah memiliki
nama-nama dab sifat yang menunjukkan kemaha sempurnaan-Nya. 2) metode nafy:
menolak segala nama-nama dan sifat yang menunjukkan ketidak sempurnaan-Nya.
b. Iman kepada malaikat termasuk salah satu
perkara beriman kepada yang gaib. Untuk mengimani malaikat ditempuh dua cara:
1) melalui berita dari Rasulullah baik berupa Al Qur’an maupun sunnah. 2)
melalui bukti-bukti nyata dalam semesta. Malaikat merupakan makhluk gaib yang
diciptakan oleh Allah dari cahaya (nur) dengan wujud dan
sifat-sifattertentuyang tak pernah membangkang apa yang diperintahkan-Nya. Ada
beberapa malaikat yang patut diketahui dan diimani beserta tugasnya anatara
lain:
1. Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu
pada Nabi dan Rasul.
2. Malaikat Mikail bertugas mengatur hal-hal
yang berhubungan dengan alam
3. Malaikat Israfil bertugas meniup terompet
4. Malaikat Izrail bertugas mencabut nyawa
makhluk hidup
5. Malaikat Raqib bertugas mencatat amal baik
6. Malaikat Atib bertugas mencatat amal buruk
7. Malaikat Munkar dan Nakir bertugas menanyai
dalam kubur
8. Malaikat Ridwan bertugas menjaga surge
9. Malaikat Malik bertugas menjaga neraka
10. Malaikat pemikul Arasy
11. Malaikat penggerak hati manusia untuk
berbuat kebaikan dan kebenaran
c. Iman kepada kitab-kitab Allah adalah
percaya dengan kitab suci yang diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul.
Kitab yang harus diimani adalah: 1) kitab Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, 2) kitab Injil yangditurunkan kepada Nabi Isa As, 3) kitab Taurad
diturunkan kepada Nabi Musa As, 4) kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud As.
Selain itu kitab-kitab yang dikenal yaitu, 2 suhuf yaitu suhuf Nabi Ibrahim As,
dan suhuf Nabi Musa As. Cara mengimani Al Qur’an adalah dengan menbacanya dan
mengamalkannya.
d. Iman kepada Nabi dan Rasul adlah percaya
adanya nabi dan rasul. Nabi dan rasul adalah manusia seperti biasanya,yang
membedakan adalah karenaia menerima wahyu dari Allah. Apabila ia tidak dibebani
kewajiban untuk menyampaikan wahyu tersebut disebut nabi. Jika ia dibebani
kewajiban untuk menyampaikan wahyu tersebut disebut rasul. Jika nabi belum
tentu rasul, sedangkan rasul sudah pasti nabi. Cara mengimaninya adalah dengan
mencintai dan melakukan hal yang biasa dilakukan para nabi dan menjadi yang
tidak dilakukan.
e. Iman kepada hari akhir merupakan keimanan
yang pokok setelah iman kepada Allah SWT. Hari akhir adalah kehidupan kekaldan
abadi setalah kehidupan dunia fana ini. Cara mengimaninya adalah dengan
menpercayai adanya kehidupan setelah kehidupan dunia fana ini.
f. Iman kepada Qodha dan Qodhar Allah adalah
menyakini akan kehendak ketetapan dan ketentuan Allah terhadap segala sesuatu.
B.
KONSEP TAUHID
1.
Makna Kalimat Syahadat
Tauhid
adalah keyakinan dan kesaksian bahwa “Tidak ada Tuhan selain Allah”, la ilaha
illa Allah. Kalimat syahadat dimulai dengan pengingkaran la ilaha (tidak ada
Tuhan) dan disusul oleh illa Allah (kecuali Allah). Syahadat menjadi landasan
dasar dan inti ajaran islam. Perbedaan antara yang percaya dan yang tidsak
percaya bukan terletak pada kalimatsyahadatnya. Kekuatan sesungguhnya terletak
pada penerimaan secara sadar dan mutlak terhadap ajaran islam dan penerapannya
didalam kehidupan nyata.
2.
Tingkatan Tauhid
Tahuid
menurut islam ialah tauhid I’tiqad-‘lmi (keyakinan teoritis) dan tauhid amali-suluki
(tingkah laku praktis) tak dapat dipisahkan yaitu tauhid dan bentuk makrifat
(pengetahuan), itsbat (pernyataan), I’tiqad (keyakinan),qasd (tujuan) dan
iradah (kehendak). Initercermin dalam empat tingkatan tauhid.
a. Tauhid Rubbiyah
Secara etimologi berasal dari
rabb yang mempunyai banyak arti antara lain mengembangkan, mencipta, dll.
Secara terminologis Tauhid Rubbiyah ialah keyakinan bahwa Allah SWT adalah
Tuhan pencipta semua makhluk dan alam semesta.
b. Tauhid Mulkiyah
Kata mulkiyah berasal dari kata
malaka. Secara terminologis Tauhid Mulkiyah adalah suatu keyakinan bahwa Allah
SWT adalah satu-satunya Tuhan yang memiliki dan menguasai seluruh makhluk dan
alam semesta.
c. Tauhid Uluhiya
Uluhiyah adalah mashdar dari
kata alaha yang mempunyai arti tenang, temtram, lindungan, cinta dan sembah.
Tauhid Uluhiya merupakan keyakinan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan patuy
dijadikan ilah yang harus dipatuhi, ditaati, diagungkan dan dimuliakan.
d. Tauhid Ubudiyah
Kata Ubudiyah berasal dari kata
‘abada yang berarti menyembah, mengabdi, yang diagungkan (al-mabud). Maka
Tauhid Ubudiyah adalah suatu keyakinan bahwasanya Allah SWT merupakan Tuhan
yang patut disembah, ditaati, dipatuhi, dipuja manusia melainkan Allah semata.
Hal yangdapat dipetik masalah
tersebut adalah bahwa jika kita membiasakan masalah tauhid maka kita secara
reflek harus menjauhkan dari sikap syirik.
3.
Tauhid sebagai Poros Aqidah Islam
Ajaran islam tidak hanya
memfokuskan ima kepada wujud Allah sebagai suatu keharusan yang fitrah manusia.
Lebih dari itu aqidah tauhid yangmerupakan dasar aqidah dan jiwa keberadaan
islam. Islam dating di saat kemusyrikan sedang merajalela di segala penjuru
dunia. Oleh karena itu al-Qur’an mencela paganisme maupun politheisme yang
merupakan simboldari segmentasi masyarakat.
Allah menciptakan manusia agar
mereka menyembah-Nya semata dan menghindarkan diri dari thagut. Inilah tauhid,
merupakan perintah Allah untuk mengampuni dosa kecuali pelanggaran terhadap
tauhid, karena pelanggaran ini merupakan dosa besar. Oleh karena itutauhid
menjadi pranata yang tertinggi dan menjadi penyebab kebaikan dan pahalater
besar.
4.
Tauhid dan Pembebasan Diri
Huston Smith pernah menyinggung
permasalahan bahwa keengganan manusia untuk menerima kebenaran antara lain
karena sikap menutup diri yangtimbul dari reflek keenggaan tahu tentang
kebenaran. Padahal kalau saja kita mebuka diri untuk kebenaran maka mungkin
kita akan memperoleh kebaikan dan energi yang kita perlukan.
Sumber pribadi untuk penolakan
kebenaran, kesombongan dan kecongkakan
sering disebut hawa nafsu (kinginan diri sendiri) dansikap tertutup karena
telah merasa penuh berilmu. Hanya dengan melawan itu semua melaluiproses
pembebasan diri (self liberation) seseorangakan mampu menangkap kebenaran itu,
seseorang dapat berproses untuk pembebasan dirinya. Ini sesungguhnya salah satu
makna esensial kalimat syahadat yang bersusunan negasi-konfirmasi “la ilah a
illa Allah” dipandang dari sudut efeknya kepada peningkatan harkat martabat
kemanusiaan pribadi seseorang.
5.
Bentuk-bentuk Syirik Kepada Allah Dalam Al-Qur’an
Kalau dikaji ayat-ayat
al-Qur’an maka perbuatan syirik merupakan kontradiksi dari ajaran tauhid
(ke-Esaan Tuhan). Dalam al-Qur’an kata syirik digunakan dalam arti persekutuan
Tuhan lain dari Allah, baik dalam dzat, sifat dan af’al-Nya. Al Qur’an
menerangkan bahwa syirik merupakan perbuatan dosa besar yang paling berat.
Apabila manusia mempertuhankan
selain Allah, maka manusia sendirilahyang menjadikan jiwanya sebagai budak.
Dosa yang bukan syirik dalam pernyataan Allah masih bisa diampuni bagi yang
dikehendaki-Nya. Biasanya mengerjakan dosa besar, karena syirik telah bersarang
dalam jiwanya.
Berbagai macam bentuk syirik
yang diungkapkan oleh al-Quran, bentuk penyembahan berhala adalah yang paling
dicela. Bentuk syirik yang lain dikecam ole al-Quran adalah bahwa Allah
mempunyai anak laki-laki atau perempuan.
a. Hubunangan Manusia dengan Tuhan
Al-Quran memiliki konsep dalam
rangka untuk mencapai masyarakat, bangsa, manusia, dan dunia sejahtera versi
islam adalah sejarah lahirnya bathiniyah, materiil dan spiritual, manusia atuh
secara totalitas. Al-Qur’an memberi syarat dalam usaha mencapai target konsepsi
masyarakat sejahtera tersebut melalui cara-cara ilmiah rasional.
b. Hubungan Manusia dengan Manusia
Islam dengan ajaran yang
dibawanya, bertujuan mewujudkankesejahteraan hidup dan kehidupan manusia,oleh
karena itu, keadilan sebagai sentral terwujudnya kesejahteraan merupakan salah
satu tema yang berulangkali diseruakan dalam Al-Qur’an. Keadilan memang
mencakup seluruh aspek kehidupan dan keberadaan manusia.
Manusia dalam hubungan denagan
antar sesamanya dinyatakan bahwa manusia itu sama, kecuali karena sikap
ketaqwaannya. Keesaan aqidah, keesaan ibadah dan keesaan mu’amalah, adalah
segala aktifitas manusia, baik dengan sesamanyamaupun dengan lingkungannya,
yang didalamnya selalau berlandaskan kapada ajaran dan diyakini adanaya
hubungan denganTuhan. Dengan keesaan mu’amalah dalam beraktifitas sosial
tentunya segala sesuatu yang dihasilkan tidak menghilangkan tujuan dan hikmah
Tuhan menciptakan ciptaan-ciptaan-Nya.
c. Hubungan Manusia dengan Alam
Keinginan manusia yang tidak
pernah puas terhadap apa yang sudah dimiliki, mendorong manusia selalu berupaya
dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan. Upaya dan usaha manusia tersebut, sering
menimbulkan pengaruh masalah lingkungan hidup. Kaitannya dengan permasalahan
hubungan manusia dengan alam atau lingkunganhidupnya, agama
mempunyaikonsep-konsep pemecahannya yang sesuai dengan ajaran yang ada dalam kitab
suci.
Sumber: Elmubarok Zaim dkk, 2012 Islam
Rahmatan Lil’alamin, Semarang: Unnes Press
0 komentar:
Posting Komentar